Minggu, 15 Januari 2023

Forkopimda Kabupaten Tulungagung menyaksikan pagelaran wayang orang, bertempat di Makodim 0807 Tulungagung

 


TULUNGAGUNG – Forum Komunikasi Daerah Tulungagung ( Forkopimda ) melaksanakan kegiatan nonton bareng pagelaran wayang orang secara Zoom bertempat di Makodim 0807 Tulungagung.


Kegiatan Nonton bareng pagelaran wayang orang dengan lakon “Pandowo Boyong“ dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 15 Januari 2023 mulai pukul 19.00 Wib bertempat di Aula Kodim 0807 Tulungagung yang di hadiri oleh Kapolres Tulungagung AKBP Eko Hartanto, SIK, MH, Komandan Kodim 0807 Tulungagung LETKOL Czi Nooris Agus Rinanto dan tamu undangan lainya.


Kegiatan Nnton bareng  pagelaran wayang orang oleh Forkopimda Kabupaten Tulungagung  adalah sebagai bentuk sinergitas antara TNI, POLRI dan pemerintah daerah Kabupaten Tulungagung, dengan sinergi yang kuat antar pimpinan daerah adalah modal utama dalam membangun daerah kususnya di wilayah Kabupaten Tulungagung.


Perlu diketahui bahwa  dalam pagelaran wayang orang dengan lakon “Pandawa Boyong” ini, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono akan memerankan sosok Bima Sena. Sementara istrinya, Vero Yudo Margono, bakal memerankan sosok Dewi Nagageni.


Begitu pula para Kepala Staf TNI juga ikut ambil bagian diantaranya KSAD Jenderal Dudung Abdurachman akan memerankan sosok Batara Guru, KSAL Laksamana Muhammad Ali memerankan Batara Baruna, dan KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo akan memerankan Eyang Abiyasa. 


Sedangkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit akan memerankan tokoh Prabu Puntadewa. Dalam pewayangan, Puntadewa digambarkan sebagai sosok manusia yang berhati suci dan membela kebenaran. 


Puntadewa yang merupakan anak sulung dari Prabu Pandu Dewanata ini juga digambarkan sebagai sosok manusia yang sabar, beriman, tekun beribadah, ikhlas dan jujur.



Prabu Puntadewa yang memiliki lima saudara kandung laki – laki yaitu Bima,Arjuna, si kembar Nakula dan Sadewa ini juga dikenal sebagai sosok yang senantiasa mengedepankan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan dan memiliki watak Hasta Brata sebagai pemimpin.


Lakon “Pandawa Boyong” ini mengisahkan ketika lima orang kesatria (Pandawa Lima) bersaudara boyongan atau pindah dari kerajaan Alengka yang dikuasai Kurawa ke Astinapura. 


Kepindahan itu untuk memerdekakan diri dari kekuasaan para Kurawa. Proses pindahnya para Pandawa Lima ini tidak semulus dan semudah yang dibayangkan. Rintangan berat harus mereka lewati termasuk harus berperang melawan bala tantara dari Kurawa yang sebenarnya masih ada ikatan saudara dengan Pandawa Lima.


Para Kurawa yang jumlahnya jauh lebih besar dengan punya persenjataan lebih banyak, terpaksa harus ditaklukan oleh Pandawa Lima. Namun berkat kesungguhan yang didasarkan niat baik dan bijaksana, Pandawapun dapat memenangkan perang.


 

Dalam pernyataannya, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono beberapa waktu lalu menyebut bahwa usaha menjaga kelestarian budaya, termasuk wayang orang menjadi semakin penting untuk dilaksanakan di tengah serbuan pengaruh budaya asing sebagai dampak dari globalisasi hasil kemajuan teknologi informasi dan digital. 

 

Sementara itu Kapolres Tulungagung AKBP Eko Hartanto disela sela nonton bareng pagelaran wayang orang mengatakan "Bangsa Indonesia seharusnya lebih memilih wayang sebagai tontonan sekaligus tuntunan dalam kehidupan. Tetapi, pada kenyataannya saat ini rakyat kita, khususnya generasi muda, lebih mengidolakan tokoh-tokoh superhero produk negara lain dibandingkan tokoh-tokoh pewayangan. 


“Ini menjadi tantangan bagi kita semua untuk mengembalikan kecintaan masyarakat terhadap budaya sendiri," ungkap Kapolres


Dengan digelarnya lakon Boyongnya Pandawa ke Astina ini, Kapolres Tulungagung AKBP Eko Hartanto  berharap bisa menjadi pesan moral kepada masyarakat agar lebih memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila. 


Bahkan sosok dalam Pandawa Lima pun relevan dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila. Puntadewa adalah simbol Ketuhanan yang menjadi sila pertama dalam Pancasila. 


Bimasena yang adil dan penuh rasa kemanusiaan, mewakili sila ke dua Pancasila. Arjuna mencerminkan semangat persatuan dan kesatuan yang dinyatakan dalam sila ke tiga Pancasila. 


Sementara Nakula menyimbolkan sila ke empat, yaitu permusyawaratan masyarakat sedangkan kembarannya, Sadewa simbol dari sila ke lima, keadilan sosial yang benar-benar adil. 


Kegiatan Nobar wayang orang  selain dilaksanakan di Makodim 0807 Tulungagung juga dilaksanakan di Mapolres Tulungagung.yang diikuti oleh PJU Polres Tulungagung, Kapolsek Jajaran dan masyarakat pecinta wayang. (Ans71 Restu)